Pages

Rabu, 02 Mei 2012

Tidur Dengan Lampu Menyala pada Malam Hari Dapat Memicu Depresi


Tidur dengan lampu menyala dapat berdampak pada gangguan mood. Tidak percaya? Berdasarkan sebuah studi baru pada hamster, paparan cahaya redup di malam hari, seperti cahaya dari layar TV, dapat mendorong perubahan dalam otak yang menyebabkan gangguan mood, termasuk depresi. Memang masih banyak penelitian diperlukan untuk melihat apakah hasilnya benar dapat diterapkan pada manusia, namun penemuan ini mungkin dapat menjelaskan mengapa pekerja shift-malam dan orang-orang yang selalu terpapar cahaya di malam hari memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan mood.
Temuan ini disajikan pada tanggal 17 November 2010 pada pertemuan tahunan Society for Neurosciencedi San Diego.
Dalam penelitian ini, Tracy Bedrosian, seorang mahasiswa yang sedang mengambil gelar doktor dalam ilmu saraf di Ohio State University, dan rekan-rekannya menempatkan beberapa hamster dalam dua lingkungan. Dalam satu lingkungan, hamster akan terkena sinar selama 16 jam pada siang hari dan 8 jam gelap gulita setiap hari. Pada lingkungan lain, hamster akan terpapar sinar selama 16 jam di siang hari, tetapi pada malam hari, cahaya redup akan terus diberikan.
Setelah delapan minggu, para peneliti menguji hamster untuk melihat perilaku yang menandakan bahwa mereka mengalami depresi. Misalnya, mereka melihat apakah hamster masih terlibat dalam kegiatan yang biasanya mereka nikmati, seperti minum air gula. Hamster pada kedua kelompok diberi pilihan antara minum air keran atau air gula. Hamster yang terkena cahaya di malam hari minum air keran dan air gula dalam jumlah yang sama, menandakan bahwa mereka kehilangan preferensi untuk perbuatan yang mereka sukai.
Bedrosian menjelaskan,”Itu menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak mendapatkan perasaan menyenangkan dan bermanfaat yang sama dari minum air gula, dan bahwa hal itu dapat ditafsirkan sebagai respon seperti depresi.” Pada manusia, kehilangan kenikmatan dikenal sebagai anhedonia dan merupakan gejala utama depresi.
Perubahan perilaku ini berhubungan dengan perubahan di wilayah otak yang disebut hippocampus. Hamster yang terkena cahaya malam memiliki jumlah tonjolan dendritik/dendritic spine lebih sedikit pada permukaan sel-sel di daerah ini. Tonjolan dendritik adalah seperti tonjolan rambut yang digunakan sel-sel otak untuk berkomunikasi antara satu sama lain.
Penemuan ini menegaskan tentang studi yang dilakukan pada manusia yang menemukan bahwa hippocampus terlibat dalam depresi. Bedrosian menjelaskan, seorang pasien dengan depresi berat memiliki hippocampus yang lebih kecil.
Perubahan otak pada hamster mungkin timbul dari perubahan produksi hormon melatonin. Melatonin memberikan sinyal ke tubuh bahwa saat itu adalah malam hari, tapi adanya cahaya di malam hari menghambat produksinya. Padahal, hormon ini telah terbukti memiliki beberapa efek antidepresan, dan penurunan melatonin dapat memacu gejala depresi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar