Tidur
dengan lampu menyala dapat berdampak pada gangguan mood. Tidak percaya?
Berdasarkan sebuah studi baru pada hamster, paparan cahaya redup di malam hari,
seperti cahaya dari layar TV, dapat mendorong perubahan dalam otak yang
menyebabkan gangguan mood, termasuk depresi. Memang masih banyak penelitian
diperlukan untuk melihat apakah hasilnya benar dapat diterapkan pada manusia,
namun penemuan ini mungkin dapat menjelaskan mengapa pekerja shift-malam dan
orang-orang yang selalu terpapar cahaya di malam hari memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami gangguan mood.
Temuan ini disajikan pada tanggal 17 November 2010 pada
pertemuan tahunan Society for Neurosciencedi
San Diego.
Dalam penelitian ini, Tracy Bedrosian, seorang mahasiswa
yang sedang mengambil gelar doktor dalam ilmu saraf di Ohio State
University ,
dan rekan-rekannya menempatkan beberapa hamster dalam dua lingkungan. Dalam
satu lingkungan, hamster akan terkena sinar selama 16 jam pada siang hari dan 8
jam gelap gulita setiap hari. Pada lingkungan lain, hamster akan terpapar sinar
selama 16 jam di siang hari, tetapi pada malam hari, cahaya redup akan terus diberikan.
Setelah
delapan minggu, para peneliti menguji hamster untuk melihat perilaku yang
menandakan bahwa mereka mengalami depresi. Misalnya, mereka melihat apakah
hamster masih terlibat dalam kegiatan yang biasanya mereka nikmati, seperti
minum air gula. Hamster pada kedua kelompok diberi pilihan antara minum air
keran atau air gula. Hamster yang terkena cahaya di malam hari minum air keran
dan air gula dalam jumlah yang sama, menandakan bahwa mereka kehilangan
preferensi untuk perbuatan yang mereka sukai.
Bedrosian
menjelaskan,”Itu menunjukkan kepada kita bahwa mereka tidak mendapatkan
perasaan menyenangkan dan bermanfaat yang sama dari minum air gula, dan bahwa
hal itu dapat ditafsirkan sebagai respon seperti depresi.” Pada manusia,
kehilangan kenikmatan dikenal sebagai anhedonia dan merupakan gejala utama
depresi.
Perubahan perilaku ini berhubungan dengan perubahan di
wilayah otak yang disebut hippocampus. Hamster yang terkena cahaya malam
memiliki jumlah tonjolan dendritik/dendritic spine lebih
sedikit pada permukaan sel-sel di daerah ini. Tonjolan dendritik adalah seperti
tonjolan rambut yang digunakan sel-sel otak untuk berkomunikasi antara satu
sama lain.
Penemuan
ini menegaskan tentang studi yang dilakukan pada manusia yang menemukan bahwa
hippocampus terlibat dalam depresi. Bedrosian menjelaskan, seorang pasien
dengan depresi berat memiliki hippocampus yang lebih kecil.
Perubahan
otak pada hamster mungkin timbul dari perubahan produksi hormon melatonin.
Melatonin memberikan sinyal ke tubuh bahwa saat itu adalah malam hari, tapi
adanya cahaya di malam hari menghambat produksinya. Padahal, hormon ini telah
terbukti memiliki beberapa efek antidepresan, dan penurunan melatonin dapat
memacu gejala depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar